PBB Tetapkan Masjid Istiqlal Sebagai Model Masjid Berkelanjutan di Masa Depan

Masjid Istiqlal, ikon arsitektur religi terbesar di Asia Tenggara, baru-baru ini ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai percontohan masjid masa depan. Penetapan ini merupakan bentuk pengakuan internasional atas upaya transformasi Istiqlal menjadi tempat ibadah yang ramah lingkungan, inklusif, dan mencerminkan nilai-nilai toleransi antarumat beragama di Indonesia. Keputusan ini diumumkan melalui program PBB yang fokus pada pengembangan tempat ibadah berkelanjutan dan berdaya guna sosial di berbagai belahan dunia.

Masjid Istiqlal yang dibangun sejak tahun 1961 dan diresmikan pada 1978 ini mengalami renovasi besar pada tahun 2020. Proyek revitalisasi tersebut menelan anggaran sekitar Rp511 miliar, dan mencakup peningkatan aspek struktural, estetika, hingga sistem utilitas ramah lingkungan. Hasil renovasi meliputi pemanfaatan energi surya, sistem pengelolaan air hujan, pencahayaan LED hemat energi, serta penggunaan material bangunan yang efisien dan tahan lama. Upaya ini menjadikan Istiqlal sebagai salah satu bangunan ibadah yang menerapkan prinsip green building secara komprehensif di Indonesia.

Penilaian PBB terhadap Istiqlal sebagai masjid masa depan juga mencakup aspek sosial dan kebudayaan. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat salat, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan, hingga dialog lintas agama. Salah satu inovasi yang diapresiasi adalah adanya tunnel of tolerance, sebuah terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral Jakarta, simbol nyata harmoni antarumat beragama di jantung ibu kota. Keberadaan elemen ini memperkuat posisi Istiqlal sebagai landmark toleransi dan kebhinekaan.

Secara kapasitas, Masjid Istiqlal mampu menampung hingga 200.000 jamaah, menjadikannya salah satu masjid dengan daya tampung terbesar di dunia. Dengan luas bangunan mencapai 95.000 meter persegi, Istiqlal bukan hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan nasional, tetapi juga destinasi arsitektur religius yang menarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Desainnya yang monumental karya arsitek Friedrich Silaban tetap dipertahankan, dengan sentuhan modernisasi yang memperkuat fungsi tanpa menghilangkan nilai historisnya.

Revitalisasi ini juga mendorong pengelolaan masjid berbasis teknologi. Sistem manajemen gedung (BMS) digunakan untuk mengontrol efisiensi energi dan pemeliharaan fasilitas secara real-time. Selain itu, ruang terbuka hijau seluas lebih dari 6 hektar di sekitar masjid turut memberikan kenyamanan termal alami dan meningkatkan kualitas lingkungan sekitar. Keberhasilan ini menjadikan Istiqlal sebagai proyek percontohan yang ideal dalam mengintegrasikan arsitektur tradisional, teknologi modern, dan prinsip keberlanjutan.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Content is protected!