
Bundaran Besar Palangka Raya merupakan ikon utama sekaligus titik nol dari ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Dibangun pada akhir 1950-an, bundaran ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat lalu lintas, tetapi juga menyimpan makna simbolik yang mendalam. Desain awalnya mencerminkan identitas lokal: terdapat delapan ruas jalan yang keluar dari bundaran, melambangkan delapan sungai besar di Kalimantan Tengah. Selain itu, radius lingkaran bundaran dirancang untuk merepresentasikan tanggal 17 Agustus, hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebagai elemen arsitektur kota, bundaran ini menunjukkan bagaimana desain urban dapat menyatukan fungsi transportasi dengan nilai historis dan kultural. Dengan luas kawasan yang strategis, Bundaran Besar menjadi pusat aktivitas masyarakat sekaligus penanda geografis penting yang menegaskan Palangka Raya sebagai kota yang direncanakan sejak awal sebagai calon ibu kota negara pada masa Presiden Soekarno.

Transformasi besar terjadi pada tahun 2022, ketika pemerintah melakukan renovasi skala besar untuk menjadikan Bundaran Besar sebagai landmark modern. Renovasi ini menghadirkan berbagai elemen baru, mulai dari Menara Talawang setinggi ±45 meter, taman kota, teater terbuka, kolam refleksi, hingga museum diorama yang menampilkan budaya lokal dan sejarah perjuangan rakyat Kalimantan Tengah.

Desain baru kawasan Bundaran Besar merupakan hasil dari sayembara arsitektur tahun 2017, yang dimenangkan oleh tim arsitek muda berbakat: Giovani R. Tyashadi, Ahmad Shafy Allam, Baskoro Winarno, dan Stevan Eranio. Mereka mengusung konsep Sandya Pastika, yang bermakna “kekuatan dalam persatuan.” Konsep ini terwujud dalam integrasi antara bentuk arsitektur, simbol budaya Dayak, serta penataan ruang publik yang inklusif.

Menara Talawang yang menjulang setinggi ±45 meter menjadi titik fokus baru kawasan ini. Talawang sendiri merupakan perisai tradisional masyarakat Dayak, yang dihadirkan dalam skala monumental sebagai simbol pertahanan, keberanian, dan identitas lokal. Kehadiran taman kota dan teater terbuka juga menegaskan peran Bundaran Besar sebagai ruang komunal yang terbuka bagi masyarakat, sementara museum diorama memperkaya pengalaman edukatif bagi pengunjung.