
Dalam budaya Jepang, pohon bukan sekadar elemen alam, melainkan juga simbol spiritual dan warisan sejarah. Pohon suci atau shinboku dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh atau kami dalam kepercayaan Shinto. Karena itu, keberadaannya sangat dihormati dan dilindungi, bahkan ketika pohon tersebut berdiri di tengah rencana pembangunan jalan atau bangunan besar.

Salah satu langkah yang umum diambil adalah mengubah jalur konstruksi untuk menghindari penebangan pohon. Banyak pengembang memilih rute alternatif meskipun membutuhkan biaya tambahan atau proses perencanaan ulang. Prinsip ini menunjukkan bagaimana nilai spiritual dapat mengalahkan efisiensi teknis demi menjaga keseimbangan antara pembangunan dan penghormatan terhadap alam.

Bila pemindahan pohon tidak terhindarkan, dilakukan ritual pemindahan khusus. Upacara ini dipimpin oleh pendeta Shinto untuk memohon izin kepada roh yang dipercaya tinggal di dalam pohon tersebut. Proses ini bukan hanya simbolik, tetapi menjadi bagian penting dari tata nilai masyarakat yang meyakini keterhubungan antara manusia dan alam secara sakral.

Dalam banyak kasus, desain jalan atau bangunan disesuaikan agar mengelilingi pohon. Arsitek dan perencana kota menciptakan struktur yang menyesuaikan kontur lokasi dan keberadaan shinboku, termasuk membuat jalur melingkar atau taman kecil di sekitar pohon. Pendekatan ini menjadikan pohon sebagai titik fokus desain, bukan hambatan yang harus disingkirkan.

Selain aspek teknis dan spiritual, pendekatan terhadap pohon suci juga mencakup proses konsultasi publik. Pengembang kerap berdiskusi dengan warga, ahli lingkungan, dan tokoh adat lokal untuk mencapai solusi terbaik. Partisipasi masyarakat memastikan keputusan akhir tidak sekadar berdasarkan efisiensi, melainkan juga etika dan nilai budaya.

Pendekatan terhadap shinboku mencerminkan filosofi desain Jepang yang mengedepankan keselarasan dengan alam (wa) dan rasa hormat terhadap sejarah serta roh leluhur. Di tengah arus modernisasi, Jepang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional yang menyatu dalam praktik perencanaan kota dan arsitektur. Ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana keberlanjutan dapat dimulai dari penghormatan terhadap satu pohon.