Desain Unik Museum UCCA Clay Karya Kengo Kuma dengan 3600 Ubin Handmade

Lokasi dan Latar Belakang Terletak di Yixing, Provinsi Jiangsu, Tiongkok, Museum UCCA Clay dirancang oleh Kengo Kuma & Associates sebagai penghormatan terhadap tradisi keramik lokal. Yixing dikenal sebagai “ibu kota keramik” karena produksi tembikar dari tanah liat ungu (zisha) yang khas.

Desain Arsitektur Fasad museum seluas 2.400 meter persegi ini terdiri dari 3.600 ubin tanah liat buatan tangan, mencerminkan keahlian pengrajin lokal. Bentuk bangunan yang berliku-liku terinspirasi dari gunung Shushan dan tungku naga tradisional, yang panjang dan sempit, digunakan dalam pembuatan keramik.

 

Integrasi dengan Lingkungan Desain museum menyatu dengan lanskap sekitarnya, menampilkan potongan setengah lingkaran pada fasad ubin sebagai pintu masuk dan lengkungan berlapis bambu yang mempertahankan pemandangan kanal terdekat. Struktur atap didukung oleh kerangka kisi-kisi kayu, menambah dinamika visual pada interior.

Pameran Perdana Museum ini dibuka pada Oktober 2024 dengan pameran bertajuk “The Ways of Clay: Select Award-Winning Works from the International Ceramics Festival Mino of the Museum of Modern Ceramic Art, Gifu, Japan.” Pameran ini menampilkan 69 karya dari 65 seniman yang mewakili 17 negara, menyoroti praktik keramik dari fungsional hingga konseptual.

Kolaborasi Tradisi dan Teknologi Museum UCCA Clay memadukan kerajinan tradisional dengan teknologi modern, menggunakan teknik pemodelan parametrik untuk menciptakan bentuk fasad yang mengalir, menyerupai gerakan tangan pengrajin saat membentuk tanah liat. Pendekatan ini menciptakan ruang yang menghormati warisan budaya sambil mendorong batas desain kontemporer.

Signifikansi Budaya Dengan menggabungkan desain inovatif dan penghormatan terhadap tradisi lokal, Museum UCCA Clay berfungsi sebagai simbol potensi integrasi antara masa lalu dan masa depan dalam arsitektur. Museum ini tidak hanya menjadi pusat seni keramik tetapi juga contoh bagaimana desain berkelanjutan dan inovasi parametrik dapat menghidupkan kembali ruang warisan budaya.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Content is protected!