
Di tengah semakin mahalnya harga properti di kota-kota besar seperti Jakarta, memiliki rumah layak di pusat kota seringkali dianggap mustahil. Tingginya harga tanah, bunga cicilan bank, dan keterbatasan rumah subsidi membuat banyak keluarga menengah kesulitan mengakses hunian yang nyaman. Namun, sebuah inisiatif warga di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, menawarkan solusi berbeda melalui model koperasi perumahan.

Berbeda dari sistem konvensional yang bergantung pada developer dan lembaga pembiayaan, model ini mendorong pembangunan kolektif tanpa bunga bank. Sekelompok warga kelas menengah bergabung dalam koperasi, patungan dana, lalu secara mandiri merancang dan membangun rumah flat bersama. Hasilnya adalah hunian yang lebih terjangkau, dengan harga mulai dari Rp380 juta hingga Rp1,2 miliar, jauh di bawah rata-rata harga rumah di kawasan elite seperti Menteng yang bisa mencapai miliaran rupiah untuk unit sejenis.

Salah satu kisah nyata datang dari penghuni yang sebelumnya hanya mampu menyewa kamar kos berukuran 3×4 meter. Kini, ia dan keluarganya tinggal di unit seluas 53 meter persegi yang dilengkapi balkon pribadi dan sirkulasi cahaya alami. Lebih dari itu, lokasi rumahnya hanya 5 menit berjalan kaki dari kantor, sesuatu yang sangat langka di kawasan pusat bisnis Jakarta.

Model koperasi ini bukan hanya solusi hunian, tetapi juga bentuk solidaritas warga dan kritik terhadap sistem perumahan yang tidak adil. Sementara pemerintah masih berkutat pada program subsidi rumah tipe 14 meter persegi yang tidak memadai untuk kehidupan keluarga, warga justru menunjukkan bahwa solusi bisa datang dari bawah, melalui gotong royong dan pengorganisasian kolektif.

Koperasi perumahan membuka ruang bagi pendekatan baru dalam arsitektur dan perencanaan kota. Proses pembangunan melibatkan partisipasi langsung dari penghuni dalam desain, fungsi ruang, dan anggaran, menciptakan hunian yang lebih relevan dengan kebutuhan sehari-hari. Konsep ini juga mendorong penggunaan lahan yang lebih efisien, tanpa harus menggusur atau mengorbankan kualitas hidup.

Keberhasilan proyek di Menteng ini mendorong rencana replikasi ke beberapa wilayah lain seperti Matraman dan Pancoran, serta kota-kota besar lainnya. Jika dijalankan dengan baik dan didukung oleh regulasi yang mendukung, model koperasi perumahan berpotensi menjadi solusi jangka panjang terhadap krisis hunian perkotaan di Indonesia.