Kontes Kastil Pasir ke-61 diadakan pada tahun 2025 di Cannon Beach, Oregon, Amerika Serikat, meski diguyur hujan deras yang menjadikan pasir terlalu basah dan sulit dibentuk. Namun, cuaca ekstrem ini tidak menyurutkan semangat para peserta yang hanya diberi waktu lima jam untuk menyelesaikan karya mereka. Salah satu sorotan tahun ini adalah kastil berbentuk naga, yang berhasil meraih juara utama berkat detail dan teknik konstruksinya yang luar biasa meski di tengah tantangan alam.
Tradisi kontes ini pertama kali dimulai pada tahun 1964, sebagai bagian dari upaya pemulihan psikologis dan semangat komunitas setelah kawasan pesisir Oregon dilanda tsunami akibat gempa besar di Alaska. Sejak saat itu, acara ini terus berkembang menjadi festival tahunan yang bukan hanya kompetisi seni, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap kekuatan dan ketahanan komunitas lokal.
Tahun 2025 ditandai sebagai edisi terbasah dalam empat dekade terakhir, dengan curah hujan yang menyebabkan banyak karya peserta cepat runtuh atau berubah bentuk. Meskipun begitu, ribuan pengunjung tetap memadati Cannon Beach untuk menyaksikan proses kreatif dan hasil akhir dari berbagai tim yang berasal dari lokal hingga internasional.
Kastil-kastil pasir yang dibangun dalam skala besar dan penuh detail ini menggunakan pasir pantai lokal tanpa tambahan bahan pengikat, membuatnya sangat rentan terhadap hujan dan pasang air laut. Namun di situlah letak daya tariknya: karya seni yang megah, indah, dan sementara sebuah pengingat visual bahwa tidak semua keindahan perlu bertahan selamanya untuk layak diapresiasi.
Kontes ini kini diakui sebagai bagian dari warisan budaya negara bagian Oregon, dan terus mendapatkan dukungan dari berbagai lembaga serta sponsor lokal. Selain aspek estetika, acara ini juga berkontribusi besar terhadap pariwisata regional, dengan ribuan pengunjung menghasilkan pemasukan yang signifikan bagi sektor perhotelan dan ekonomi setempat.
Dari kisah awalnya yang lahir dari tragedi, Kontes Kastil Pasir di Cannon Beach kini menjadi simbol ketahanan komunitas, kreativitas kolektif, dan kebersamaan dalam menghadapi alam. Di tengah badai dan pasir basah, masyarakat membuktikan bahwa seni dan solidaritas bisa berdiri tegak—walau hanya sekejap sebelum pasang datang dan menghapus jejaknya.
Content is protected!