
Terletak di 1850 Hogan Street, St. Louis, Missouri, AS, bangunan ini awalnya merupakan Gereja St. Liborius yang dibangun pada tahun 1889. Dirancang oleh arsitek William Schickel dengan dukungan pematung Joseph Conradi, gereja ini mengadopsi gaya arsitektur Gothic Revival yang khas dengan menara tinggi dan jendela kaca patri. Pada masa jayanya, gereja ini melayani komunitas Katolik Jerman-Amerika, namun akhirnya ditutup pada tahun 1992 karena penurunan jumlah jemaat.

Dua dekade setelah penutupan, pada tahun 2012, bangunan tua ini mendapatkan kehidupan baru melalui inisiatif dua kreator lokal, Dave Blum dan Bryan Bedwell. Mereka mengubah gereja bersejarah ini menjadi Sk8 Liborius, sebuah taman skate indoor dan pusat seni komunitas yang terbuka bagi pemuda lokal. Ruang sakral ini dialihfungsikan menjadi wadah ekspresi urban tanpa menghilangkan karakter arsitekturnya.

Transformasi ini memadukan arsitektur sakral abad ke-19 dengan budaya jalanan kontemporer. Interior bangunan kini dihiasi mural warna-warni dan karya street art, berdampingan dengan elemen orisinal seperti lengkungan batu, altar tua, dan kaca patri. Selain area untuk skateboarding, Sk8 Liborius juga menyediakan ruang bagi pertunjukan musik, pameran seni, dan workshop kreatif lainnya.

Lebih dari sekadar ruang bermain, Sk8 Liborius menjelma menjadi tempat aman bagi anak muda untuk menyalurkan energi kreatif secara positif. Komunitas ini fokus pada pemberdayaan generasi muda di kawasan urban melalui pendekatan seni dan olahraga. Proyek ini juga menjadi contoh nyata bagaimana bangunan bersejarah dapat diberi fungsi baru yang relevan tanpa kehilangan nilai arsitekturalnya.

Meski kehilangan bangunan secara fisik, semangat Sk8 Liborius tetap hidup. Komunitasnya kini tengah menggalang dana dan dukungan untuk membangun kembali tempat ini sebagai ruang seni dan olahraga yang inklusif. Sk8 Liborius menjadi simbol kekuatan transformatif arsitektur dari gereja, menjadi pusat komunitas, lalu harapan baru bagi generasi berikutnya. Proyek ini menegaskan bahwa ketika arsitektur bertemu dengan komunitas, warisan bisa terus bernapas dalam bentuk baru.