Menggabungkan Teknologi AI dan Kearifan Lokal Bali Arthur Mamou-Mani baru-baru ini merancang Tri Hita Karana Tower di Nuanu City, Bali, sebuah karya arsitektur yang memadukan teknologi AI dengan kebudayaan Bali. Berdiri di atas 44 hektar di pantai Tabanan, menara ini menjadi pusat perhatian dalam pengembangan kota futuristik yang berfokus pada keseimbangan antara manusia, alam, dan teknologi.
Menara ini tidak hanya sekadar bangunan, tetapi juga sebuah karya seni hidup yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Menggunakan lebih dari 1.000 lampu dan 18 proyektor yang tersebar di sekitar menara, instalasi ini menghadirkan pertunjukan cahaya dan suara selama 11 menit, yang dapat dinikmati dari berbagai sudut Nuanu, termasuk Luna Beach Club.
Konsep Harmoni dengan Alam Menara ini dirancang berdasarkan filosofi Tri Hita Karana, yang berarti “tiga penyebab kebahagiaan,” yaitu keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia. Bahan-bahan alami seperti rotan dan kayu besi digunakan dalam konstruksi menara, yang diharapkan berubah warna seiring waktu, menjadikannya bagian dari lingkungan sekitarnya.
Sebuah Ekosistem Kreatif dan Berkelanjutan Nuanu City, tempat menara ini berada, dirancang sebagai ekosistem terintegrasi yang mendukung pendidikan, seni, dan gaya hidup yang terinspirasi alam. Kota ini adalah contoh nyata dari masa depan arsitektur berkelanjutan dan hidup harmonis, dengan menara Tri Hita Karana sebagai simbol inovasi tersebut.
Pembukaan Publik Acara peluncuran menara diikuti oleh berbagai instalasi interaktif dan pertunjukan musik dari DJ lokal dan internasional, yang diadakan di Aurora Media Park. Menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung untuk menikmati perpaduan seni, teknologi, dan alam
Dengan perpaduan antara seni interaktif, teknologi canggih, dan komitmen terhadap lingkungan, Tri Hita Karana Tower diprediksi menjadi landmark baru di Bali yang menarik bagi wisatawan internasional dan lokal.
