Tiga Paviliun Artistik Karya Atelier XI di Tiongkok Untuk Baca, Ibadah dan Pentas

Atelier XI, firma arsitektur asal Tiongkok, baru-baru ini merancang tiga paviliun artistik sebagai bagian dari proyek AYDC Public Art Center di kota Guiyang, provinsi Guizhou, Tiongkok. Ketiga paviliun tersebut masing-masing memiliki fungsi dan nama yang berbeda: Xima Library untuk membaca, Ginkgo Chapel untuk ibadah, dan Dali Stage untuk pertunjukan seni. Proyek ini menjadi cerminan pendekatan multidisipliner Atelier XI yang selalu mengedepankan hubungan antara ruang, budaya, dan lanskap.

Ketiga paviliun ini tidak berdiri terpisah dari lingkungan alam, melainkan menyatu dengan lanskap karst khas Guizhou yang bergelombang dan kaya akan vegetasi alami. Penempatan bangunan secara strategis mengikuti kontur alami tanah, menciptakan hubungan harmonis antara buatan manusia dan bentang alam. Desain terbuka dan berpori memungkinkan angin, cahaya alami, serta pengunjung untuk mengalir bebas melewati struktur.

Dari sisi visual dan konstruktif, material utama yang digunakan adalah travertine (batu kapur berpori) dan baja tahan karat. Travertine memberikan kesan kokoh dan membumi, sedangkan baja menghadirkan elemen ringan dan reflektif. Kombinasi material ini menciptakan kontras visual yang seimbang, memperkuat kesan arsitektur yang tenang namun penuh makna.

Xima Library, sebagai ruang membaca, menghadirkan desain yang terbuka ke lanskap, mengundang cahaya lembut dan suara alam untuk menyertai aktivitas literasi. Sementara Ginkgo Chapel menekankan suasana kontemplatif dan spiritual, dengan volume yang tertutup sebagian untuk menciptakan momen refleksi pribadi. Adapun Dali Stage dirancang sebagai panggung terbuka yang merayakan seni pertunjukan dalam interaksi langsung dengan alam dan penonton.

Proyek ini tidak hanya menawarkan fungsionalitas arsitektur, tetapi juga mengundang refleksi akan kehadiran manusia dalam lanskap, bagaimana ruang publik dapat menjadi perpanjangan dari ekosistem alami. Dalam konteks urbanisasi cepat di Tiongkok, ketiga paviliun ini menjadi model ruang publik alternatif yang menyatukan pengalaman personal, budaya, dan alam.

Dengan pendekatan arsitektur puitis dan naratif, Atelier XI menunjukkan bagaimana bangunan kecil sekalipun bisa memiliki dampak besar terhadap kualitas ruang dan kehidupan sosial. Paviliun-paviliun ini bukan hanya sebagai tempat beraktivitas, tetapi juga sebagai pengalaman ruang yang memperkaya, menjadikan arsitektur sebagai media interaksi yang intim antara manusia dan alam sekitarnya.

Related Post

Tinggalkan Balasan

Content is protected!